Tirai No. 6

I miss my pets.

Puri The Momma Cat,
Mikki The Civet,
Jane, Nuar, Ari The Kitten born in January,
Cheby The Male Cat Without -sev Behind His Name,
and
Kuri The Turtle.

I just… miss them so bad. 😦

Here goes the brief story about them.

Cheby The Male Cat Without -sev Behind His Name
Pet Number : 1
How I Got Him: I got him from my uncle who got him from his friend.
I don’t know what kind of breed he was, but he was a quite big male cat with medium long furr.
At the time when we (me, my lil bro, and my auntie) brought him home, we were quite nervous. The reason was that because my mom was not a fan of cats. And my mom was the ruler of our home. -______-
To make long story short, in the end, my mom allowed and sounded happy about the cat. It was just confusing yet relieving for the three of us.
Where He Is Now: I don’t know. I lost him.
The thing about me having pets is that I always want them to feel free when they are with me. So… what I did at that time was letting Cheby go out of our home. Yes, I literally let him play in the park in front of our home with no leash on him. I let him climb the tree, visit the neighbours, run between the grass, etc. I also trained him to come back to me when I called him so that I didn’t need to search him when I wanted him to be home.
But then… that time came. The time when I called him but he didn’t come. That’s how I lost him.
Unforgettable Memory with Him: When he was hiding in the car engine and then got hurt because my father turned on the engine with no clue that he was in there. He got surgery later on in the veterinary clinic.

Puri The Momma Cat
Pet Number : 2
How I Got Him: I got her after I lost Cheby, again, from my uncle who got him from his friend. Puri was Cheby’s sister, they said.
This time, I had no difficulty or worry when I adopted her, because it was my mom and dad who brought her home. Thanks to Cheby, my mom started to like cats.
Where She Is Now: To be honest,I don’t remember. I think, we gave her to her new parents because there was no one taking care of her at my parents house. I wasn’t living with my parents, my auntie had been back living in my grandma’s house, my lil brother was in his dormitory, so… yeah, we decided to let her go for the sake of herself.
Unforgettable Memory with Her: When she gave birth 4 kitten, I was “the doctor” to help her through the labour. It was a thrilling and fun experience.

Jane, Nuar, Ari The Kitten born in January
Pet Number : 3
How I Got Them: From Puri. They were her kitten.
Where They Are Now: I gave Nuar to their father’s owner. Jane-Nuar-Ari were Puri and a male cat’s kitten. The deal was to devide the kitten for the mother’s side (which was me) and the father’s side (which I didn’t remember the owner’s name). I kept on raising Jane and Ari. Oh, as I mentioned before, Puri gave birth 4 kitten. The first kitten died because we didn’t realise that Puri was in delivery and to make it worse, Puri sat on the poor kitten and didn’t open the placenta, made it hard to breath. In the end, I gave away Jane and Ari to our friend, together with Puri, because of the reason I’ve written above.
Unforgettable Memory with Them: Their birth day was the most memorable memory for me.

Mikki The Civet
Pet Number : 4
How I Got Them: From my dad.
Where She Is Now: I don’t know. I lost her. The thing that happened to Cheby happened again to her. I let her free, I trained her, but then I lost her. The same sadness I felt again. Perhaps more devastating. I don’t know.
Unforgettable Memory with Her: I have shared some in this post. The thing I love most about me and her was our relationship, that I know we had strong bond. I felt like she only listened to me, not to my father, not to my lil brother, and definitely not to my mother. The other thing about her that I love was that she was very calm during our journey. She had travelled from Bekasi to Bandung, Semarang, and Kudus. And another that made me amazed about her was that how fast she grew from my palm hand size to my arm size just in couple of months.

Kuri The Turtle
Pet Number : 5
How I Got Her: I bought her. I didn’t know for sure what her gender was, but I always believed that she was a female. I bought her because my father needed something that eat wiggler and I thought she would eat that wiggler in our “pond”. It turned out, no, she didn’t eat the wiggler. LOL.
Where She Is Now: In heaven. I killed her. Forgive me.
Unforgettable Memory with Her: I love watching her eating live fish.

Finish.

The thing I love the most about having pets is that pets don’t judge. I can be myself and show myself and tell them my very dark secret or my very sad day to them without worrying being judged.

I love them because they don’t judge.

Unlike human.

Unlike me.

Kuri dan Maxie

Baru saja terbangun dari tidur siang, dan hal pertama yang muncul di otak saya adalah dia. (Atau lebih tepatnya, mereka)
Yaitu hewan-hewan yang pernah dekat dengan saya.
Untuk kasus paling baru saat ini adalah kura-kura saya dan seekor kuda.

Beberapa bulan lalu saya membeli seekor bayi kura-kura RES.
Kuri, begitu saya menamakannya.
Semua berjalan lancar ketika kami tinggal di Bekasi.
Masalah mulai muncul ketika kami pindah ke Bandung.
Seratus persen itu salah saya.

Saya tau bahwa Kuri tidak kuat dingin.
Dan dengan segala keegoisan saya, saya sengaja tidak membelikan heater untuk Kuri. “Dia harus belajar beradaptasi dengan cuaca dingin.” Begitu pikir saya. Saya bermain peran sebagai seorang ibu yang mempersiapkan anaknya untuk keadaan terburuk, padahal nyatanya saya justru mepertaruhkan nyawa Kuri.
Bahkan ketika Kuri mulai terlihat bersin-bersin, saya tidak membawanya ke dokter. Seseorang pernah satu kali mengatakan sesuatu ke saya tepat saat Kuri sakit mata untuk pertama kalinya. Kata-kata itu sangat menancap di otak saya sehingga saya memutuskan untuk mencoba “saran” tersebut. “Daripada kamu ke dokter hewan bayar mahal, mending kamu beli kura-kura baru.” Bahkan hingga titik terakhir saya sadar penyakit Kuri makin parah, kata-kata itu masih saja saya terapkan. Please do not judge me. I am still in pain.

Akhirnya, 5 hari lalu, Kuri mati. Bukan karena penyakitnya, melainkan karena saya yang dengan egoisnya membawa dia ke Bandung padahal saya tau dia tidak kuat dingin.
And it broke my heart melihat tubuh mungilnya tergelatak tanpa daya, tidak merespon sedikitpun dari segala cara yang saya lakukan untuk membangunkan dia.

Akhirnya…
Keegoisan saya menjadi bumerang untuk diri saya.
Saya yang patah hati dengan kematian Kuri.
Saya yang mengutuk kebodohan yang saya lakukan kepada Kuri.
Semua itu salah saya.

Dalam rangka menghibur hati, saya mendaftar kelas memanah dan berkuda di Daarussunnah Daarut Tauhid.

Di kelas berkuda itulah saya bertemu Max -saya lebih suka memanggil dia Maxie.
Kuda jantan berwarna coklat tua. Tubuhnya gagah, kekar, dan sangat tinggi besar.
Tidak… Maxie bukanlah kuda yang saya tunggangi. Terlalu besar resikonya bagi pemula untuk menunggani Maxie yang keturunan kuda non lokal.
Saya bertemu Maxie tidak disengaja.
Maxie dan penjaganya sedang jalan-jalan saja, melewati saya dan teman saya yang sedang sibuk mengabadikan momen menggunakan kamera.
Baiknya penjaga Maxie adalah dia menawarkan Maxie untuk difoto bersama.
Jadilah saya dan teman saya berfoto bersama Maxie.
Itulah awal saya mulai menyukai Maxie.

Maxie tidak seperti kuda-kuda lain yang saya lihat sebelumnya.
Maxie sangat tenang. Jauh lebih tenang dibandingkan dengan kuda-kuda lain.
Semakin saya mengusap-usap wajah Maxie, semakin saya merasa nyaman berada di dekat Maxie.
Semakin saya merasa nyaman, semakin saya ingin membawa Maxie jalan-jalan hanya berdua dengan saya.
Saya beranikan meminta izin penjaga Maxie untuk membawa Maxie jalan-jalan.
Saya pasti tampak seperti orang paling norak dan aneh pada saat itu. Tapi saya tidak peduli. Saya hanya ingin berdua saja dengan Maxie.
Penjaganya mengizinkan.
Jadilah saya dan Maxie menghabiskan waktu dengan jalan-jalan bersama.
Saya menyukainya.

Seperti saya yang sangat ingin Kuri kembali,
saya pun ingin Maxie kembali.

Semoga nanti ketika kami bertemu lagi, mereka masih mengingat saya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Maafkan tulisan tanpa tujuan ini. *peace*

Mikki Hilang

Mikki hilang. Teman tempat gue cerita tanpa takut di-judge. Teman tempat gue mengusir kesepian gue. Teman tempat gue unjuk kebolehan atas suara gue yang pas-pasan. Benar-benar pendengar setia.

Dan ya, Mikki hilang. Mungkin Tuhan mau supaya gue bercerita dan berkeluh kesah hanya kepada-Nya. Mungkin Tuhan mau gue lebih mendekatkan diri kepada-Nya ketika merasa kesepian. Mungkin juga Tuhan mau gue lebih sering mengaji daripada menyanyi. Benar-benar sayang Dia padaku.

Dan ya, Mikki hilang. Mungkin sebenarnya dia lelah mendengarkan cerita, keluh kesah, dan nyanyianku. Mungkin juga sebenarnya dia bosan dengan makanan yang itu-itu saja… hanya ayam, pisang, jangkrik, dan bubur susu. Bahkan mungkin… dia jauh lebih kesepian tanpa ada sesama musang yang menemani. Disayang pula Mikki oleh-Nya.

Gue inget, gue cerita ke seorang teman ttg betapa gue sedih Mikki hilang, lalu tanggapan teman gue adalah, “Lebay anjir!” Kemudian gue spontan merespon, “Eh, gue cinta dia ya!”
C I N T A. Ya, gue serius mengatakannya. Gue cinta Mikki. Meskipun Mikki beberapa bulan tinggal sama gue, tapi benar-benar gue cinta sama dia.

Dear Mikki, I hope you can find a way back to home. My home here is your home. I love you.

===

Ditulis sambil meneteskan air mata mendengarkan lagu John Legend – All Of Me.

Empat bulan dan lima tahun

Empat bulan dan lima tahun. Kenapa judul posting kali ini terasa aneh begitu? Coba diliat dulu last posting gue kapan.. Last post di wp ini menunjukkan tanggal 24 Maret 2014. Wah.. lumayan lama juga ya.. Udah 4 bulan lebih ngga ngeblog. Jadilah dua kata, “empat bulan”. Terus “lima tahun” itu apa? Err… iseng aja. -_-

Sebenernya gue bingung mau nulis apa kali ini.. hanya saja, sebagai pembukaan, biarkan gue mengabadikan dalam tulisan bahwa saat gue mengetik postingan kali ini, gue sambil mendengarkan lagu Frank Sinatra – My Way. Ngga tau kenapa daritadi gue terngiang-ngiang lagu itu… padahal gue sebenernya ngga terlalu suka dengan lagu itu. -_-

Oke… gini… jadi sebenernya gue kangen ngeblog anonim. Maksudnya ya ngeblog tanpa ngasih tau identitas gue yang sebenernya. Anonim. Ngetik postingan jadi terasa lebih ringan. Bisa jadi diri sendiri, bebas, ngga perlu jaim, dan… bisa nuangin isi kepala yang paling frontal sekalipun. Lalala~

Baiklah, postingan kali ini akan gue isi dengan rangkuman peristiwa yang masih gue ingat dalam rentang 4 bulan tadi.

Pertama.
Sekarang gue punya hewan peliharaan baru. Namanya Mikki.. dan dia adalah musang betina. Ya. Musang.
Sebenernya yang beli Mikki itu bukan gue, tapi bokap gue. Ntah ada angin apa, beliau tiba2 beli musang. Kalo diceritain kejadian pas bokap beli musang, beuh.. bakalan panjang. Jadi skip aja.

CAM00723

Di atas adalah foto Mikki pada bulan April lalu, tepatnya saat dia masih berumur dua bulang dan baru tinggal di rumah gue satu minggu.

Si Mikki ini jinak jinak galak. -_-

Dia suka banget ngajak main. Gimana cara dia ngajak main? Ya sama kayak kucing.. dengan cara NGEGIGIT. -_- Bedanya adalah, gigitan kucing ngga terlalu sakit karena taringnya kecil, sedangkan si Mikki ini taringnya makin lama makin besar, jadi gigitannya makin lama makin sakit. -_- Untungnya gue udah biasa digigitin, jadi udah terbiasa sama rasa sakitnya. -_- Dan untungnya lagi, dia ngajak main gigit-gigitan itu cuma ke tiga orang, yaitu owner nya sendiri.. gue, adek gue, dan bokap. Dia ngga suka kalo ada orang asing. Lagian kan berabe ya kalo tiba2 Mikki ngajak main gigit2an orang ngga dikenal.. bisa2 ditabok nanti si Mikki nya -_-
Nyokap gue aja ngga pernah diajak main sama Mikki… kayaknya karena nyokap gue geli sama Mikki, jadi beliau ngga dianggap sebagai owner sama Mikki. Hahahaha..

Selain jingga (jinak jinak galak), Mikki juga jago nangkep cecurut. -_- Seriously!
Mikki udah 2 kali bawa pulang cecurut ke rumah. Sebagai info, si Mikki ini kalo malem sering gue lepas dari kandang. Alhamdulillah, dia ngga pernah ilang. Dia hampir selalu dateng kalo dipanggil pulang.
Pernah juga, pas gue lagi main sama Mikki di taman, tiba-tiba Mikki ngejar tikus. Tikusnya lari kabur, Mikkinya ikut lari ngejar. Tikusnya masuk ke got, Mikki juga ikutan ke got. -________- Seriusan. Jadilah gara-gara itu, gue langsung mandiin Mikki malam-malam.

Berita terbaru tentang Mikki adalah… kemaren malem (22 Juli 2014) dia hampir ditangkep anak-anak kecil depan rumah. -_-
Emang dasar bocah ya, kalo ngeliat hewan ngga biasa sedikit, bawaannya langsung… KEJAR!!! TANGKAP!!!
Untungnya adek gue ngedenger suara anak-anak itu teriak, “ADA MUSANG!! Tangkep itu tangkep!” -_-
Dan untungnya lagi, pas Mikki dikejar anak-anak itu, Mikki langsung naik ke pohon jambu depan rumah. Jadi ceritanya, di depan rumah gue ada pohon jambu gitu, dan gue sering naro Mikki di pohon jambu itu biar Mikki berasa di habitat aslinya.  Jadi mungkin, si Mikki udah nganggep pohon jambu itu rumah keduanya kali ya, selain rumah gue.

Oke, selesai cerita pertama, lanjut ke cerita kedua.

Kedua.
Akhirnya!!! Gue punya foto keluarga! Ya meskipun setelah foto dicetak dan dibingkai rapi, foto itu diletakkan tak beraturan entah dimana, yang jelas akhirnya gue seneng gue sekeluarga punya foto keluarga. :3

Family Retouch (2) 16R
Foto ini diambil pada hari yang sama ketika adek gue wisuda SMA. Btw, just in case kalian bingung.. yang kanan itu adek gue. Iya, dia jauh lebih tinggi. Dan iya, dia ganteng. -_-

Ketiga.
Adek gue keterima di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Semarang tempat bokap gue dulu menimba ilmu.
Jadilah, pada saat registrasi ulang, kita sekeluarga berangkat ke Semarang. Ngga lupa juga Mikki diajak. Ehiya.. si Mikki ini anteng loh kalo udah masuk pet cargonya. Coba liat gaya tidurnya kalo lagi di pet cargo.

CAM00900

Keempat.
Pemilu. *sigh*
*skip*

Kelima.
Buka bersama anak-anak jaman SMK. Seneng rasanya ketemu mereka. :3

IMG_6892
Find me! :3
Daahh~