Sajak Tentang Soekarno di Mata Najwa

Image

Soekarno kala muda

Soekarno sosok gegap-gempita, presiden yang tak lekang oleh masa.

Dia adalah jendela Indonesia, menyatu dengan nasib bangsa-bangsa terjajah.

Dalam usia begitu muda, bersama Hatta mengobarkan kehendak merdeka.

Diplomasinya begitu berkelas, dia dan Indonesia seperti satu tarikan nafas.

Sang ideolog dalam wujud nyata, pemikir dalam sikap otentik yang terjaga.

Terlahir dengan selera mendunia, pengagum wanita tanpa pura-pura.

Dalam politik yang terlahir durhaka, Bung Karno mati sebagai tahanan kota.

Begitu mudah dicintai rakyatnya, dalam kebenaran dan kontroversi hidupnya.

Mata Najwa – Tentang Soekarno

part 1 : http://www.youtube.com/watch?v=FmlQAtu3vfA

part 2 : http://www.youtube.com/watch?v=N35rXFlaX_M

Image

Soekarno di akhir hayatnya 😦

 

Braga Culinary Night

11 Januari 2014. Dua puluh dua tahun setelah sang mantan lahir ke bumi, Braga Culinary Night diselenggarakan untuk pertama kalinya. (Ngga ada hubungannya!) *timpuk* Braga Culinary Night adalah salah satu gagasan cemerlang untuk menghidupkan kembali Jalan Braga, Bandung. Konsepnya kurang lebih seperti festival kuliner. Diadakan tiap Sabtu malam, dari pukul 19.00 hingga 01.00. Ah, perhatian sekali Bapak Walikota Bandung ini… Setelah Taman Jomblo, kini ada Braga Culinary Night setiap malam Minggu. Pasti untuk memfasilitasi jomblowan/wati seperti aku ini yang sering bingung hendak berbuat apa setiap malam Minggu tiba! Iya kan? (BUKAN!) *timpuklagi*

Pemandangan berbeda jelas terlihat malam itu. Jalan Braga yang biasanya ramai oleh lalulalang kendaraan bermotor, berubah disemuti oleh para pejalan kaki. Di sepanjang Jalan Braga berdiri beragam stand penjual makanan dan minuman. Tak hanya itu, terdapat pula tenant yang menjual barang-barang selain makanan, seperti isi ulang sebuah voucher *sensor* contohnya. Sengaja aku sensor, karena aku punya sedikit pengalaman kurang menyenangkan dengan si perusahaan itu. Selain itu, ada juga seperti mobil karavan yang memutarkan musik di tengah keramaian malam itu. Mungkin tujuannya untuk menghibur para pelahap makanan, tapi rasanya agak sia-sia.. volume kencang speaker mobil itu tidak mampu mengalahkan suara buzz-ala-lebah kerumunan manusia.

Sejujurnya, komentarku malam itu adalah, “Oh? Hanya begini saja?” Braga Culinary Night di mataku waktu itu terlihat seperti pasar malam. Entah apakah karena malam itu adalah malam pertama Braga Culinary Night sehingga dia belum maksimal, atau karena memang tidak ada yang begitu spesial dari festival kuliner tersebut. Meski begitu, aku tetap berpikiran positif dan optimis bahwa Braga Culinary Night akan menjadi lebih baik dan menjadi lebih WAH kedepannya. Toh hal-hal yang kini besar pasti dulunya dimulai dari sesuatu yang HANYA kecil saja, bukan?

Keluar dari pembicaraan tentang Braga Culinary Night itu sendiri, ada satu hal yang cukup menarik ketika aku berada di sana. Well, I know that a crowded place is the best place to increase publicity. Like spreading an advertisement, I mean. And there.. I was surprised and shocked, I saw pocongs there. Not the real pocongs, of course. It’s just a pocong-dressed human. But still.. it’s interesting how they promote their resto along with their own theme. Well, I guess Braga Culinary Night will become more attractive and awesome if there is a costum parade or something. (I wish I could mention Pak Ridwan Kamil at WordPress and made him read this.)

Dan seperti biasa.. dokumentasi visual! *kiss*

Oh by the way.. that unique resto is Rumah Makan Uji Nyali.

I have! I am!

Lene Marlin – Disguise

 

Have you ever felt some kind of emptiness inside
You will never measure up, to those people you
Must be strong, can’t show them that you’re weak
Have you ever told someone something
That’s far from the truth
Let them know that you’re okay
Just to make them stop
All the wondering, and questions they may have

I’m okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I’ll be honest with you
Still we don’t know what’s yet to come

Have you ever seen your face,
In a mirror there’s a smile
But inside you’re just a mess,
You feel far from good
Need to hide, ’cause they’d never understand
Have you ever had this wish, of being
Somewhere else
To let go of your disguise, all your worries too
And from that moment, then you see things clear

I’m okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I’ll be honest with you
Still we don’t know what’s yet to come

Are you waiting for the day
When your pain will disappear
When you know that it’s not true
What they say about you
You could not care less about the things
Surrounding you
Ignoring all the voices from now on

When You Lost Hope

Do not be fooled by the title. It’s not a motivational post. It’s just a messy story from the deep thought of mine.

I don’t believe it I finally reached this level of not-telling-anyone-what-I-feel-and-it-drives-me-crazy.

I don’t have boyfriend, so telling my boyfriend is automatically crossed out.

I have friends. I do have some closest friends. I could just tell them what I feel or what I think. But I didn’t. They are busy and I know their bussiness are way more important than me, so I don’t wanna bother them with this messy feeling inside. Telling my friends? Eliminated.

I have parents. I do. They are alive. But.. just read my previous post. It always stops me from telling my parents.

Let’s see.. what’s left?

My God. Allah is what left. 😦

I know I should’ve put Allah on the first list and honestly, I prefer telling my worry to  Allah, but.. I always think that Allah must has known my problem already, so I don’t have to tell it. Even if I tell Allah my worry, I don’t think I can hug Allah physically. I want a hug. I wanna cry a lot and lean my face on something. And I know I can’t do those to Allah. That’s why. 😦

And I also don’t believe it that I am back again to the stage where I want to meet a psychiatrist. I believe that for a normal person it’s not normal if you meet psychiatrist. And I bet you have no idea how many times I wish I could come and meet psychiatrist. I have once asked my mother to take me to a psychiatrist, but she didn’t grant it. She asked me why, I kept silent, she didn’t get any satisfying answer, she didn’t take me there. Quite understandable.

Ah.. whatever.

A romantic Wednesday with VCF

Hai warga wordpress!
Kali ini aku mau cerita tentang Rabu Romantis bersama VCF.

Kencan Rabu Romantis ini dimulai dengan brunch di KFC Buah Batu. Ceritanya mumpung KFC lagi ada diskon #RabuSpesial diskon 50% Super Besar 2 😀 (Kita pecinta diskon!) Sebenernya sih brunch kali ini seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. *apadah* Selain untuk mengisi perut kami yang memang sejak pagi belum diisi, brunch kali ini bertujuan untuk menaikkan berat badan kami secara instan! Yaaa meskipun aku tau, paling banyak pertambahan berat badan setelah makan itu sekitar 1 kilogram. Tapi kan lumayan lah ya, supaya ngga ditolak pas donor darah nanti. 😀

pic20140108113048

Makan dulu genk! 😀

Setelah dirasa cukup bertambah berat badan ini, segeralah aku dan VCF merealisasikan agenda donor darah yang sudah direncanakan sejak satu minggu lalu. Donor darah kali ini cukup spesial karena ini adalah pertama kalinya VCF akan melakukan donor darah dan ini adalah pertama kalinya aku mendonorkan darah langsung di PMI. Ohiya, sekedar informasi, PMI Bandung yang kami kunjungi terletak di Jl Aceh No. 79. Silahkan cek di Google Map dengan koordinat 06°54’31.6”S 107°37’11.4”E.

Pertanyaannya kali ini adalah… apakah VCF berhasil mendapat izin PMI untuk mendonorkan darahnya? Sebagai informasi, tidak semua orang bisa melakukan donor darah. Syarat-syarat donor darah yang aku tau selama ini adalah:
1. Berbadan sehat
2. Berusia 17-60 tahun
3. Berat badan lebih dari 47 kg (berdasarkan yang tertera di PMI Bandung)
4. Memiliki tekanan darah yang memenuhi standar minimal
5. Memiliki kadar hemoglobin yang memenuhi standar minimal
6. Bagi wanita: tidak dalam keadaan sedang hamil, menyusui, atau menstruasi
7. Jarak waktu donor darah minimal 3 bulan

Let’s check it one by one. Untuk poin nomor satu, alhamdulillah VCF sedang sehat. Secara fisik. Tapi kalo secara hati? Perasaan? Atau bahkan kejiwaan? Ehm.. sepertinya diragukan. *peace* Untuk poin nomor dua, VCF, 21 tahun, dan single. Nah untuk poin nomor tiga, VCF lulus (atau lolos?). Sebenarnya aku tidak terlalu yakin berat VCF mencapai berat minimun yang ditentukan, tapi berhubung si bapak resepsionis PMI hanya bertanya berapa berat kami tanpa meminta kami menimbang terlebih dahulu untuk mengecek kebenaran jawaban kami, ya sudah… enteng saja VCF jawab, ” -sensor- kilo.” Harus disensor. Berat badan adalah topik yang cukup sensitif bagi wanita pada umumnya. Yang jelas, VCF lolos syarat nomor tiga. Masuk ke syarat nomor empat. Syarat inilah yang justru menghalangi niat baik VCF donor darah. Tekanan darah VCF terlalu rendah. Lebih rendah dari standar minimal tekanan darah yang diizinkan PMI. VCF ditolak PMI. VCF sedih.

Praktis, hanya aku yang donor darah.

Selesai dengan urusan yang berdarah-darah, kami melanjutkan kencan kami ke sebuah Panti Asuhan yang terletak di Jl Purnawarman No. 25. Panti Asuhan Bayi Sehat Muhammadiyah namanya. Sudah lama sekali aku dan VCF tidak main-main ke panti ini. Waktu itu jam di handphoneku menunjukkan pukul dua belas siang lebih. Aku tau, pada jam segini anak-anak di panti pasti sedang tidur siang. Jadwal rutin mereka. Maka dari itu aku tidak terlalu berharap bisa bermain dengan mereka, tapi setidaknya, sekedar mengunjungi pun tidak ada salahnya, bukan?

“Yaudah, jadi mau kemana? Lawangwangi atau Selasar Sunaryo?” tanya VCF. Sembari menunggu pukul tiga sore, kami memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Tapi kemana? Lawangwangi atau Selasar Sunaryo? Baik Lawangwangi atau Selasar Sunaryo sama-sama mengusung tema seni, dan keduanya adalah tempat yang belum pernah aku datangi selama hampir empat tahun aku tinggal di Bandung. Ohiya, kenapa kami membunuh waktu menunggu pukul tiga sore? Jadi, sebenarnya aku dan VCF masih berhasrat untuk bermain dengan adek-adek di panti yang unyu-unyu itu, dan pukul tiga sore adalah jadwal adek-adek itu bangun dari tidur siangnya dan mandi.

“Selasar Sunaryo aja deh,” jawabku setelah melalui kegalauan panjang. *apadah*

Nah.. sampailah kami di Selasar Sunaryo Art Space. Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah mengunjungi ruang pamer karya seni / galery. Fyi, ini pertama kalinya aku ke galery seni. Eh.. mmm.. beberapa bulan lalu pernah liat galery kampus sebelah sih, tapi.. itu ngga masuk itungan. Haha. Namanya juga ruang pamer karya seni, jadi ruangannya penuh dengan karya seni yang keren-keren, unik-unik, bahkan abstrak! Sayangnya di galery Selasar Sunaryo ini, pengunjung dilarang untuk memotret isi galery, apalagi sampai menyentuh benda karya Sunaryo. Yasudah.. mau dikata apalagi. Coba buka ini deh : Thawaf (Movement Towards Oneness of God) Karya seni paling keren di Selasar Sunaryo, menurut aku. 🙂

Anyway.. kalo kalian lagi hangout sama temen kalian, jangan lupa untuk tetap solat ya! 😀

“Teh, tempat solatnya dimana ya?” tanyaku pada karyawan penjaga galery.
“Lewat tangga ini turun, terus aja ke sana,” jawabnya.

Kalian tau, saat karyawan itu memberikan petunjuk lokasi mushola, yang aku pikirkan bukan hanya tentang dimana mushola itu berada tetapi juga seperti apa mushola itu bentuknya. Maksudku, ini Selasar Sunaryo ART Space loh.. hanya penasaran saja sih. Dugaanku, tempat solatnya pasti cozy seperti tempat solat di salah mall besar di Jakarta. Well, dugaanku tidak sepenuhnya salah sih. Iya, tempat solatnya memang didesain cozy, TAPI yang membuatku terpesona adalah tempat solatnya pun masih berbau-bau seni. Unik! Coba deh kalian main-main solat di mushola Selasar Sunaryo. Mungkin kalian akan ketawa-tawa. 😀

1389206227518

VCF Khusyu’.

Di Selasar Sunaryo Art Space pun terdapat sebuah cafe. Sebuah cafe dengan pemandangan hijaunya bukit di Bandung. Tempatnya cozy, asik untuk diskusi, dan seperti cafe-cafe pada umumnya, milkshake strawberry plus hot cappucino dihargai total lima puluh tiga ribu sembilan ratus rupiah. Sudah, jangan ditanya lagi.

1389206250495

Pink Strawberry.

“Ah jangan!” Tanganku bergerak segera menahan tangan VCF yang seperti akan mengganti lagu yang terdengar sayup-sayup dari speaker mobilnya. Jeda beberapa mili detik, ternyata VCF justru menambah volume suara speakernya. “Lagunya pas banget!” seru VCF. Kings of Convenience – Cayman Island. Kami berada dalam mobil. Meninggalkan Selasar Sunaryo Art Space, tidak memiliki tujuan. Mata yang sudah terpuaskan oleh pemandangan bukit hijau, kini dimanjakan lagi oleh hujan rintik yang sedang menari berkolaborasi dengan kabut tipis pengunungan. Ditambah lagu Kings of Convenience? Lengkap sudah, seharusnya. Jika saja..
“Aaaaaahhh kenapa mesti sama elo siihh??? Harusnya gue sama cowo! Lo tuh harusnya cowo!”
Kami berdua berpikiran sama. Seandainya moment seperti ini dinikmati dengan seorang lelaki. Lelaki pujaan. Lelaki idaman yang tak kunjung datang karena tak kunjung mengerti jalan pikiran kita. Ah sudahlah..

“Karaoke yuk?” tanya VCF.
“YUK!” jawabku.

Kami karaoke. Dua jam. Dua gadis lajang. Ah sudahlah..

“Abis ini makan yuk!” ajak VCF.
“Emm.. yaudah deh,” jawabku. Meskipun aku masih merasa kenyang setelah makan sebelumnya, tapi tak apalah.. toh waktupun sudah menunjukkan pukul 17:30 . Anggap saja sebagai makan malam. Apa? Jam tiga ke panti asuhan lagi? Kami lupa. -_-

Akhirnya, kencan kami hari itu diakhiri dengan almost-dinner-time dinner dan ditutup dengan obrolan-panjang-lebar-pembunuh-sepi-dikala-mobil-terjebak-macet-saat-pulang-menuju-Sukabirus.

Terima kasih.. 🙂

Ketika Dhira Jatuh Cinta

Pernah jatuh cinta?
Gue pernah.

Jatuh cinta itu menurut gue sesuatu yang dulu ketika gue lagi ga suka sama siapa-siapa, selalu pengen gue rasain lagi gimana rasanya.
Tetapi pas di kasih sama Allah untuk ngerasainnya, gue jadi cemen dan memilih untuk menghindar.

Buat gue yang ga mau pacaran, ketika gue suka sama seseorang adalah suatu cobaan yang cukup berat, karena gue ga bisa sembarangan bilang, “Hey, gue suka sama elo. Mau jadian sama gue ga?”
Jadi yang bisa gue lakukan adalah menahan perasaan ini dalam hati, berusaha mati-matian bersikap biasa aja ketika dia ada, menahan pandangan supaya ga terus-terusan kebablasan ngeliatin seseorang yang belum halal, berulang-ulang istighfar dalam hati untuk mengusir setan yang terus menggonggong keras untuk menggoda gue karena mencium ‘aroma’nya dia di sana sini, “Guk, guk, Dhira dia ada di sana. Guk guk, liat deh dia keren banget hari ini. Guk, guk, ya ampun Dhir..kamu ga mau liat senyumnya dia walau sekilas? Rugi, loh!” Devils are always barking like a hyperactive dog. Baca Ayat Kursi, biar kabur semua. Berisik banget, Masya Allah.

Cobaan berikutnya, ketika mereka ga berhasil ngegoda gue adalah dengan menggoda dengan cara licik, yaitu di hubung-hubungkan dengan agama.”Dhir, denger ga tadi. Dia BACA Al-Qur’an looh. Suaranya bagus ya? Cocok tuh, jadi imam shalat setiap hari. Bayangin COBA!” Berusaha mati-matian buat ga ngebayangin, para syaiton-syaiton ini ga keabisan akal. “Ga usah bayangin kamu pacaran sama dia, bayangin aja klo dia jadi suami kamu. Susah-seneng bareng, ada yang merhatiin kamu, ada yang ngejagain kamu, di rumah nanti ga sendirian. Bayangin coba bayangin. Pasti asik banget kan??”

Parah. Ngebayangin pacaran aja udah dosa. Ini mereka nyuruh gue bayangin dia klo dia jadi suami gue. Ini salah banget. Ini lebih bahaya di bandingkan bayangin klo gue sama dia pacaran. Kalau gue masih nolak ngebayangin, mereka membisikkan sesuatu seolah-olah ngebayangin hal itu adalah suatu hal yang benar dalam agama, “Kan ini bayanginnya nikah sama dia. Boleh dong? Yang ga boleh itu bayangin kamu sama dia pacaran. Pacaran kan dosa, nikah itu justru berpahala kan? Pasti bolehlah bayangin kamu suatu saat nikah sama dia, tinggal serumah sama dia…”

Menurut gue, ini adalah cara licik maha dasyat Iblis dan cucu-cucunya menggoda para manusia yang memutuskan gamau pacaran. Oke, gue ga pacaran. Tapi ngebayangin gue seolah-olah sudah menikah dengan dia sang lelaki idaman adalah suatu hal yang salah total. Gue akuin, gue sering kalah dalam hal godaan yang ini. Tapi, Allah selalu ngingetin gue kalau itu salah. Kata hati gue menolak, terus ngingetin bolak balik, “Dhira itu salah. Istighfar buruan istighfar”

Berakhir di atas sajadah, menangis sejadi-jadinya, mengadu sama Allah. “Setan-setan itu jahat. Ya Allah tolong lindungi aku…”

Godaan lain adalah ketika para setan itu nggak ada henti-hentinya berusaha menghubungkan suatu peristiwa yang sebenernya ga ada hubungannya. Misalnya, “Dhir, itu coba inget-inget lagi deh. Kok bisa ya, ketemuan gitu padahal ga janjian loh. Sering banget kayak gitu. Setiap kamu lagi ga sengaja inget dia, pasti dia tiba-tiba nongol. Pasti ini udah di atur sama Allah sebagai pertanda kalau kamu suatu saat nikah sama dia.”

Realita jatuh cinta adalah semua hal yang terjadi biasa aja terasa menjadi berlebihan dan seolah-olah berhubungan antara gue dan dia.
Realita yang sebenarnya adalah ketika gue ga suka sama dia, hal-hal yang kayak gitu ga berasa ada hubungan apa-apa antara gue dan dia. Semua berjalan biasa aja, ga ada yang perlu di lebay-lebay-in.

Setan itu maha dasyat godaannya. Hati-hati buat yang mutusin gamau pacaran kayak gue.

Hal yang bisa gue lakuin ketika gue udah frustasi karena jatuh gedebak-gedebuk karena cinta adalah terus menerus inget sama Allah, curhat sama Allah. Karena hanya Allahlah yang tahu perasaan sesungguhnya gue itu kayak gimana. Perasaan yang sulit di ceritakan dan diungkapkan dengan detail kepada orang lain.

Nggak jarang, gue selalu masukin nama dia dalam doa gue. Memohon sama Allah, “Kalau memang dia si pangeran itu, jodoh saya, maka dekatkanlah dan segerakan kami menikah dengan  melewati jalan-Mu yang terindah, sesuai cara-Mu yang tak terduga. Tapi kalau memang bukan dia pangeran yang Engkau siapkan untukku, maka tolong jaga aku Ya Allah. Hilangkan perasaan ini pelan-pelan. Karena aku hanya mau memberikan cintaku seutuhnya kepada suamiku nanti. Bukan di bagi-bagi dengan lelaki yang pernah aku suka.”

Jatuh cinta itu cobaan bagi yang belum menikah, khususnya wanita. Karena dia dilamar, bukan melamar hehe. Apalagi kalau pria yang melamar bukanlah pria yang diincar. Makin berat rasanya.

Terlebih kalau cintanya masih menepuk angin, belum bertepuk tangan. Masih cinta satu arah, belum dua arah. Sakit rasanya, capek sekali keliatannya…

Pertanyaan yang sama terus berulang : “Jadi, kapan kita ‘jadian’ karena menyatu oleh ikatan pernikahan?”

Maka, ketika pertanyaan itu seperti tak kunjung ada jawabannya…
Hal yang bisa gue lakuin untuk menghindari dosa adalah cukup dengan mencintai Allah sang pemilik cinta itu sendiri. Berdoa terus, curhat terus sama Sang Pemilik Cinta. Kan katanya, “Bila meminta sesuatu kepada Allah, mintalah dengan keyakinan bahwa doamu akan terkabul…” Allah kan berdasarkan prasangka hambanya. Jadi, sebut aja namanya dalam doa. Kali aja sama Allah di kabulin. Who knows? Allah knows the best, bro! hehe

Jadi, akhirnya gue semakin mantap memutuskan :
Biarlah Allah yang memilihkan jalan…
Biarlah Allah yang menghilangkan perasaan ini pelan-pelan kepada pangeran yang diciptakan bukan untuk gue, tapi untuk wanita lain.

Satu hal yang pasti, gw selalu membayangkan Allah bilang begini ke gw:
“Dhira, pangeranmu yang sudah Ku persiapkan untukmu, pasti datang tepat waktu. Sekarang dia sedang menaiki kuda hitam gagahnya menuju kearahmu. Medan yang Aku persiapkan untuknya memang cukup sulit. Terjal dan berliku. Maka, ketika dia sudah susah payah melewati jalur itu dan sampai di depanmu. Terimalah dia dengan sepenuh hati. Karena dari sekian banyak pangeran yang ada di dunia ini, dialah pangeran terbaik yang Aku siapkan untukmu.”

Jadi, pangeranku pasti datang tepat waktu.
Kalau bukan orang lain, pasti kamu 🙂

Hannover, 27 November 2013,
Postingan ini di buat di kamar terpencil kastil apartemen lantai sebelas,
dari sang puteri yang menunggu di jemput oleh sang pangeran pemberani,
Puteri Dhira namanya.

Sumber: Dhira’s World

 

Nice post, Dhir! Dan sejujurnya, postingan ini cukup menyentil diri aku sendiri. I found that there are some points that I didn’t know it’s wrong so I did it anyway (because I didn’t realize it),  and there are some points that I already know it’s wrong and I already stop doing those. BUT there are also some points I already know it’s wrong but I keep doing those wrong points. *sigh* Human. Me. *sigh*

Keliatan banget ya.. umur sama tingkat kedewasaan berbeda. Dia dewasa, dan aku.. Bismillah! 😀

 

Trip to Bogor 2D1N

24 Desember 2013

Pagi itu aku merasakan energi positif yang luar biasa kuatnya keluar dari dalam diriku. Ya! Bagaimana tidak.. hari ini adalah hari dimana aku dan beberapa temanku akan melaksanakan hajat yang sudah diidam-idamkan sejak sekitar satu bulan lalu. Kami akan jalan-jalan ke Bogor. Yeaaayyy!!!

Pagi itu rencananya tiga orang temanku akan berangkat maksimal pukul 07.00 dari Bandung menuju Bogor. Namun apa daya.. mereka bertiga yang pada malam sebelumnya pergi hangout hingga lewat tengah malam, tidak bisa bangun subuh sesuai harapan. -_- Dan aku? Seperti biasa, menelpon mereka berkali-kali untuk membangunkan mereka. Saat itu aku sedang di Bekasi.

Singkat cerita, setelah aku menemani Ibuku cek darah dan menunggu bus Bekasi-Bogor lebih dari setengah jam, akhirnya aku tiba di terminal Baranangsiang sekitar pukul 13.00

Trip to Bogor 2D1N – Day 1 pun dimulai.. 🙂

“Kalian dimana??” tanyaku via telepon.

“Gue lagi di boker,” jawab Randhy.

“Hah?” Aku bingung dengan jawaban Randhy yang absurd.

“Iya, gue lagi di boker. Hahahahha… di luar terminal.” Jawabannya pun semakin absurd. Apa maksudnya? Randhy sedang boker alias buang air besar di luar terminal begitu?

“Lo ke sini aja. Ke KFC.” tambahnya. Oh.. Randhy sedang buang besar di KFC toh, pikirku.

Setelah bertanya ke mbak2-cantik-nan-baik-hati-asli-bogor, sampailah aku di depan KFC. Ketika aku hampir membuka pintu masuk KFC, masuklah panggilan dari Randhy ke handphone ku.

“Gue udah di depan KFC,” kataku.

“Eh bukan di KFC-nya… di depannya. Di seberang KFC. Di Botani.” kata Randhy. Di Botani? Sebentar.. Botani? Semacam taman atau hutankah? Randhy buang air besar di hutan? Aku semakin bingung.

Ku tengok seberang KFC dan terlihat Randhy melambaikan tangannya.

“Ih, gue tadi bilangnya boker depan KFC!” seru Randhy ketika kami sudah bertemu tatap muka. Aku santai saja. Cengar-cengir. Mungkin memang aku yang salah dengar.

Sekilas aku mendengar kata Botani Square. Botani Square. Boker. Apa ‘boker’ yang dimaksud Randhy itu adalah singkatan dari ‘Botani Square’ ya?

“Ni, jadi.. boker itu maksudnya Botani Square ya?” tanyaku agak berbisik ke Nia.

“Hahahaha… iya Bekiiiii.. Botani Squareee..” Nia malah tertawa.

Sial. Pantas saja aku merasa aneh dengan kalimat Randhy sebelum-sebelumnya.

Sambil jalan menuju basement, dimana Ihsan memarkirkan mobilnya, Nia bertanya padaku, “Bek, ngeliat ada yang aneh ngga sama Bebek??”

Oke.. sebelum pembaca semakin bingung.. perlu aku jelaskan terlebih dahulu. Jadi, anggota untuk Trip to Bogor Day 1 ini terdiri dari aku (Beki), Nia, Randhy, Ihsan, dan Bebek. Jangan bingung.. ada Beki dan ada Bebek. Lanjut..

Kuperhatikan Bebek dari atas sampai bawah. Apa? Apa yang salah dengan Bebek? Sebentar.. itu.. sandal? Bebek jalan-jalan pake sandal jepit?? Sebentar.. sepertinya ada yang aneh dengan sandal jepitnya.. apa ya??

“Hahaha.. masa Bebek jalan-jalan pake sendal sebelah KANAN SEMUA. Haha..” Nia tertawa. Tak sanggup dia menahan diri untuk tidak menertawakan Bebek.

Oh God.. Bebek tetap dengan “keunikannya”. Pake sendal sebelah kanan semua ke Bogor.

“Eh.. sepatu gue ilang di sekre..” Bebek membela diri. Iya Bek, IYA. Hahahaha.. Untungnya, dia tidak lupa mandi sebelum ke Bogor. Katanya sih.. :\

Dan.. sesampainya di basement, kami bertemu Ihsan. Seperti biasa, berpenampilan rapi dan kece untuk seorang Ihsan adalah harga mati. Tapi plis.. kenapa harus pake warna abu-abu dari atas sampe bawah?? Celana abu-abu, tshirt abu-abu, bahkan kaos kaki pun abu-abu. Dia tampak seperti anggota boyband dengan ketampanan maksimal. Ah.. sudahlah.. mungkin memang aku yang tidak mengerti fashion.

Oh, ngomong-ngomong soal fashion.. aku menghabiskan waktu dua hari untuk memilih baju apa yang akan aku kenakan saat di Bogor. Point of information (cailah..) percaya atau tidak, aku tidak punya celana jeans di Bekasi. Lemari bajuku di Bekasi hanya berisikan piyama dan dress. Setengah mati aku meyakinkan diriku untuk mengenakan dress/terusan itu. Coba bayangkan.. aku yang biasanya nge-jeans di kampus atau malah nge-polkadot di kampus, harus pake dress kali ini? Nge-dress hanya untuk jalan-jalan biasa? Ya.. aku pernah sih, pake dress/terusan di kampus.. TAPI itu karena sedang ada event di kampus. Nah, balik lagi.. berhubung pilihannya hanya piyama dan dress, mau tidak mau aku memilih dress. Bisa mati aku “dimakan” oleh teman-temanku jika kali ini aku menggunakan piyama.

Sesuai rencana, hari pertama di Bogor akan diisi dengan jalan-jalan ke Taman Safari. Yeaaaayyy!!!

Hewan pertama. Gajah.

“Ini pertama kalinya gue liat gajah langsung, bukan di tipi,” ujar Randhy. Oh meeeennn.. Randhy mengeluarkan statement pertamanya yang membuat aku terkejut. Wew.. ternyata masih ada orang yang belum pernah liat gajah. Aku pikir, semua orang sudah pernah liat gajah. Ya, kalo dipikir-pikir, iya juga sih.. logikanya ya emang belum tentu semua orang udah pernah liat gajah. Iya, memang aku yang aneh.. -_-

Saat melihat hewan kedua, ketiga, dan selanjutnya pun Randhy masih sempat mengeluarkan statement yang mirip dengan statement sebelumnya.. “Ini pertama kalinya gue liat .”

Untuk yang udah pernah ke Taman Safari.. pasti tau lah ya gimana suasananya. Nah, untuk yang belum pernah ke Taman Safari, sini sini.. duduk manis di sini.. sini Beki ceritain suasana Taman Safari kayak gimana. Konsepnya Taman Safari itu kayak gini, pengunjung masuk ke hutan tempat hewan-hewan tinggal. Nah, masuk ke hutannya itu harus pake mobil atau bus atau bisa sewa mobil safari. Kan demi keselamatan pengunjung itu sendiri, ya kan? Jadi, harus pake mobil. Ngga boleh tuh pake motor di hutannya, apalagi jalan kaki.. BIG NO! Bisa-bisa dicolek nanti sama harimau. 🙂 Soalnya, di Taman Safari ini hewan-hewannya dibiarkan berkeliaran seperti halnya di habitat masing-masing. Keren ya? Makanya, kalo kalian ke Bogor, cobain deh ke Taman Safari. (Eaaaa promosi.. gue harus minta bayaran nih ke pihak Taman Safari.)

Berikut foto-foto di Taman Safari:

Dan tak terasa, waktu pun sudah menunjukkan lebih dari pukul 17.30. Ah.. tiket terusan Taman Safari ini sudah tidak berlaku lagi. Satu persatu wahana di Taman Safari ditinggalkan oleh penjaganya. Closing time.

Setelah solat magrib, kami berempat langsung menuju rumah Ihsan untuk makan malam. Aku rasa, tidak ada yang bisa menolak tawaran jamuan makan malam setelah lelah berjalan kaki di arena wahana Taman Safari, bukan? 🙂

Lucunya, selama perjalanan menuju rumah Ihsan, dua kali terdengar Randhy mengeluarkan statement yang membanding-bandingkan Kota Bogor dengan kota asalnya, Makassar.

Statement Randhy part. 1 : “Oh.. jadi Bogor itu lebih besar dari Makassar ya? Di Makassar ngga ada jalan tol, di Bogor kok ada jalan tol?”

Statement Randhy part. 2 : “Oh.. jadi kalo di Bogor itu rumah-rumahnya ada di kompleks ya? Di Makassar jarang ada perumahan.”

Dinner at Ihsan's house.

Dinner at Ihsan’s house.

Setelah puas melahap hidangan dari tuan rumah, kami berlima melanjutkan perjalanan ke rumah Nia. Kali ini untuk mengantarkan Nia dan aku, yang akan menginap di rumah Nia.

25 Desember 2013

Kalian tau, kebiasaan buruk apa yang sudah cukup membudaya di Indonesia?

Itu adalah NGARET.

Cukup kesal aku dibuat menunggu oleh Kai dan Herda yang sebelumnya telah berjanji akan menjemput kami pukul 09.00 di rumah Nia. Tak tanggung-tanggung.. aku dan Nia menunggu hingga 2 jam lamanya. Sekitar pukul 11.00 pria-pria fifteen minutes itu baru tiba di rumah Nia.

Meskipun sedikit mengutuk pergeseran jadwal keberangkatan hari itu, Trip to Bogor 2D1N – Day 2 pun dimulai juga. Bismillah.

Agenda hari ini adalah berkunjung ke Kebun Raya Bogor. I know it’s too mainstream. Dan karena terlalu mainstream, biarkanlah foto-foto berikut menceritakan sepotong kebahagianku di sana. Enjoy!

Akhir kata.. alhamdulillah dan terima kasih. Sekian.

(Ah postingan kali ini fail banget lah! Zzz..)

The Amazing Psycho Test from Sacha Stevenson. (Tell me yours on the comment box! *kiss* )

So this video, made by Sacha Stevenson, could possibly tell you the most/ the least important causes to yourself. Question? No. Sacha is not a psychologist. And, no. I don’t know from where she got this psycho test. Just do it. And just like she said, “Just a game… not to be taken too seriously.”   🙂

Anyway.. my results are:
(1) W. Uncle Wilson was right. As a man and as someone who proposed Laura, Harry should be the one who come and pick Laura. And that makes Harry as the worst person.
(2) L. Stupid Laura. Did what Harry told her to, ignored what her uncle told, and easily showed her body to Michael. She was too naive (and yes, stupid).
(3) M. Michael just did the take and give. He kept the deal by not touching Laura eventhough Laura was naked.
(4) S. He raped Laura because Laura was naked in the middle of somewhere, Sam saw her and it was turning him on.That’s pretty understandable. Eventhough it’s such an evil.
(5) H. He was the jerk who make Laura and Sam lost their mind and Michael did that pretty-good-deal.

Don’t forget to put your result on the comment box together with your reason! 😀

Ma..

I called you. I said I wanna hear your voice, but deep down inside, I wanted to tell you my worry. What I thought and what I felt. That I felt burdened inside. That I really wanna cry.
But it’s hard to cry if I remember that I was your hope. That you wanted me to be what you want to. That you gave me your everything to see me succeed.

I just wanna say, “Help.” Just a help. Calm me down. Support me in the way I want you to. Embrace me. Just treat me like you did once, when you brushed my hair.
But again.. how can I say those? He said it’s enough to tell our parents our problem. He said better to tell our parents the happy moment in our life.

Then what should I do?